Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) dan Booster / Ulangan
pada Imunisasi
Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau adverse events following immunization adalah
semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah
imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42
hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi
virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak,
dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non
imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).
Menurut
Departemen Kesehatan (2005), KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada hubungannya
dengan pemberian imunisasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), KIPI
dibagi menjadi 3 (tiga)kategori, yaitu:
1.
Related programme atau hal – hal berkaitan dengan
kegiatan imunisasi, misalnya timbul bengkak bahkan abses pada bekas suntikan
vaksin. Biasanya karena jarum tidak steril. Contoh lain adalah kelenjar limfe
misalnya di daerah ketiak, atau lipat paha membengkak dan terasa sedikit nyeri.
Ini akibat aktivitas sistem kekebalan tubuh yang menerima vaksin tersebut.
2.
Reaction related to properties of vaccine atau reaksi
terhadap sifat – sifat yang dimiliki oleh vaksin yang bersangkutan. Misalnya
saja reaksi terhadap bahan campuran vaksin. Reaksi ini biasanya berupa
pembengkakan, kemerahan, demam (misalnya terhadap vaksin campak, biasanya akan
normal kembali dalam satu hari).
3.
Coincidental atau koinsidensi. Koinsidensi adalah dua
kejadian secara bersama tanpa adanya hubungan satu sama lain. Ketika anak
menerima imunisasi, sebenarnya dia sudah dalam keadaan masa perjalanan penyakit
yang sama atau penyakit lain (masa tunas) yang tidak ada hubungannya dengan
vaksin yang bersangkutan. Misalnya saja, anak sedang dalam perjalanan mau sakit
batuk pilek atau diare bahkan seringkali penyakit akut yang lebih serius
disertai demam.
Ada 5 (lima)
kelompok faktor etologi yang dapat menyebabkan KIPI menurut klasifikasi
lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:
1.
Kesalahan program/teknik pelaksanaan
(programmic errors)
Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program
dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat
terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:
·
Dosis antigen (terlalu banyak)
·
Lokasi dan cara menyuntik
·
Sterilisasi semprit dan jarum suntik
·
Jarum bekas pakai
·
Tindakan aseptik dan antiseptik
·
Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
·
Penyimpanan vaksin
·
Pemakaian sisa vaksin
·
Jenis dan jumlah pelarut vaksin
·
Tidak memperhatikan petunjuk produsen
· Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu
diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas
yang sama.
2.
Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk
jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi
KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada
tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkope.
3.
Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah
dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan
secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala
klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi
simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk
pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus,
perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk
kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan
dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
4.
Faktor kebetulan (koinsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang
timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator faktor
kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan
pada kelompok populasi setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak
mendapatkan imunisasi.
5.
Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan
kedalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya denagn
kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
Booster /
Ulangan pada Imunisasi
Vaksinasi
|
Jadwal pemberian-usia
|
Booster/Ulangan
|
Imunisasi untuk melawan
|
BCG
|
Waktu lahir
|
--
|
Tuberkulosis
|
Hepatitis B
|
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
|
1 tahun -- pada bayi yang lahir dari
ibu dengan hep B.
|
Hepatitis B
|
DPT dan Polio
|
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
|
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
|
Dipteria, pertusis, tetanus, dan
polio
|
campak
|
9 bulan
|
--
|
Campak
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar