Iklan Mini AnitaTridianto

Kamis, 16 Februari 2012

Basic Life Support

TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR
(BLS-Basic Life Support)


Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat, tetapi semuanya berakhir pada satu akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung.Usaha yang dilakukan untu mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadan yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai “Bantuan Hidup” (Life Support). Bila usaha Bantuan Hidup ini tanpa memakai cairan intra-vena, obat ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support). Apabila BHD dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari seperti nampak dari tabel dibawah ini :

Keterlambatan kemungkinan berhasil
1 menit 98 dari 100
4 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100

Catatan : Bila ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lebam mayat, sudah sia-sia untuk melakukan BHD.

BHD dikenal juga dengan RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Tujuan:
ð        Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ-organ vital (Otak, Jantung & Paru)
ð        Mempertahankan hidup dan mencegah kematian
ð        Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
ð        Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
ð        Melindungi orang yang tidak sadar

Prinsip Penanganan BHD :
Ø  Jangan panik, Tetap Tenang!
Ø  Lakukan DRABC
Ø  Do No Further Harm


 


DR. A B C
D         = Danger ( Bahaya )
R         = Response ( Kesadaran )
A         = Airway ( Jalan Nafas )
B         = Breathing ( Pernafasan )
C         = Circulation ( Peredaran Darah (jantung dan pembuluh darah) )


D = Danger (Bahaya)

Prinsip : Perhatikan bahaya yang mengancam diri sendiri, orang lain & korban
·           Jangan menjadi korban berikutnya
·           Ingatkan orang disekitar
·           Pindahkan bahaya dari korban atau pindahkan korban dari bahaya
·           Jika bahaya tidak dapat diamankan tunggu bantuan ahli
·           Periksa Bahaya sebelum menolong korban


R = Response (Kesadaran)

Tujuan : Memeriksa kesadaran
Tehnik :
·           Tepuk bahu korban dan panggil dengan keras
·           Jika korban sadar, periksa dan tangani segera perdarahan bila ada atau lakukan pertolongan pertama lain
·           Jika tidak ada respon, panggil bantuan dan ambil AED bila ada, kemudian lanjutkan dengan tindakan ABC
·           Periksa response/kesadaran korban dengan menepuk bahu & panggil korban.
·           Pastikan telah meggunakan alat pelindung diri yang sesuai

 
A = Airway (Jalan Nafas)

Tujuan : Membersihkan dan membuka jalan nafas
Tehnik :
·           Buka dan bersihkan mulut korban
·           Tengadahkan dahi, angkat dagu korban ke arah atas-depan (head tilt chin lift)
·           Tengadahkan dahi, topang dagu (Head Tilt Chin Lift)

Menilai jalan nafas dan pernafasan :
ü  Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas
ü  Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik
ü  Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit
ü  Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-Raba
Obstruksi jalan nafas merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada Airway yang baik.
a.         Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
·           Bila penderita masih sadar
Penderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan (sianosis) mungkin ditemukan, dan mungkin ada kesan masih bernafas (walaupun tidak ada udara keluar-masuk/ventilasi). Dalam keadaan ini harus dilakukan perasat Heimlich (abdominal thrust). Kontra-indikasi Heimlich manouvre atau kehamilan tua dan bayi.
b.        Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas, inspirasi)
·           Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur.
·           Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok
·           Penyempitan di larink atau trakhea-stridor
Pengelolaan Jalan nafas
a.         Penghisapan (suction) – bila ada cairan
b.        Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan memakai :
·           Angkat kepala-dagu (Head tilt-chin manouvre), prosedur ini tidak boleh dipakai bila ada kemungkinan patah tulang leher.
·           Angkat rahang (jaw thrust)

Head tilt-chin lift maneuver
Tekniknya dengan meletakan salah satu tangan dibawah leher penderita dan tangan yang lainnya pada dahi, kemudian lakukan ekstensi. Head tilt akan memposisikan kepala pasien pada “posisi sniffing” dengan lubang hidung menghadap ke atas. Kemudian pindahkan tangan yang menyangga leher, letakan dib bawah simfisis mandibula, sehingga tidak menekan jaringan lunak dari submental triangel dan pangkal lidah. Mandibula kemudian didorong ke depan dan ke atas hingga gigi atas dan bawah bertemu. Ini disebut dengan chin lift, yang akan menyokong rahang dan membantu memiringkan kepala belakang.

Jaw-thrust maneuver
Jaw-thrust maneuver merupakan teknik membuka jalan napas yang paling aman jika diperkirakan terdapat cedera servikal. Teknik ini memungkinkan servikal tetap pada posisi netral selama resusitasi. Penolong berada diatas kepala penderita, letakan kedua tangan disamping pipi penderita, pegang rahang pada sudutnya, kemudian angkat mandibula ke arah depan. Siku penolong dapat diletakan diatas permukaan dimana penderita berbaring. Teknik ini akan mengangkat rahang dan membuka jalan nafas dengan gerakan minimal kepala

Finger sweep
Teknik ini hanya digunakan pada pasien yang tidak sadar. Pegang dan angkat mandibula berikut lidah dengan ibu jari dan jari lainnya (satu tangan). Tindakan ini mungkin menyingkirkan sebagian penyumbat dengan mengangkat lidah menjauh dari belakang kerongkongan. Kemudian penolong memasukan jari telunjuk tangan yang satunya ke belakang kerongkongan dan gunakan teknik mengait untuk menarik benda asing ke mulut. Hati-hati jangan sampai mendorong benda tersebut masuk lebih dalam.

Heimlich maneuver
Heimlich maneuver adalah membuat batuk buatan dengan cara meninggikan diafragma dan mendorong udara dari paru-paru. Tindakan ini mungkin dilakukan berkali-kali dan digunakan untuk mengeluarkan benda asing. Heimlich maneuver dapat dilakukan dengan penderita berdiri, duduk (standing or sitting Heimlich maneuver) ataupun berbaring (prone Heimlich maneuver).

Chest thrust maneuver
Standing chest thrust maneuver dilakukan pada penderita yang obesitas atau pada kehamilan yang sudah besar.
Standing or sitting chest thrust maneuver
Tekniknya hampir sama dengan heimlich maneuver. Letak tangan pada dada penderita + 2-3 jari diatas prosesus sipoideus (hindari batas-batas kosta). Hentakan kedua tangan ke arah dalam.
Prone chest thrust maneuver
Posisi penolong bersimpuh dekat disamping pendeita dan letak tangan seperti saat melakukan kompresi dada. Tekan dada pasien dengan cepat.


B = Breathing (Pernafasan)

Tujuan: Memeriksa pernafasan korban dan Memberikan nafas buatan jika korban tidak bernafas
Periksa Nafas:
·           Lihat : Movement of chest and stomach
·           Dengar : Breathing sound
·           Rasakan : Breathing air against your cheek

Bila Airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perlu selalu dilakukan pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudah adekuat atau belum.
Pada saat memeriksa gunakan tehnik (LFH= Look , Feel, and Hear )
·           gerakan dada waktu membesar dan mengecil ( look)
·           merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu mengembang(FEEL)
·           dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.(HEAR)

1.        Pemeriksaan Fisik penderita.
a.         Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit (20)
Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)
Pada orang dewasa abnormal bila pernafasan >30 atau <10 kali/menit
b.         Sesak Nafas (dyspnoe)
Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat terlihat atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :
·           Penderita mengeluh sesak
·           Bernafas cepat (tachypnoe)
·           Pemakaian otot pernafasan tambahan
·           Penderita terlihat ada kebiruan
2.        Pemberian Oksigen
·           Kanul hidung (nasal canule)
·           Masker oksigen (face mask)
3.        Pernafasan Buatan (artificial ventilation)
Bila diperlukan, pernafasan buatan dapat diberikan dengan cara :
a.         Mouth to mouth ventilation ( mulut ke mulut )
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18% (konsentrasi udara paru saat ekspirasi). Frekuensi Ventilasi Buatan :
·           Dewasa 10-20 x/menit
·           Anak 20 x/menit
·           Bayi 20 x/menit
b.         Mouth to mask ventilation
c.         Bantuan Pernafasan memakai kantung (Bag-Valve-Mask, “Bagging”)


C = Circulation ( jantung dan pembuluh darah )

Tujuan : Mengalirkan kembali darah ke otak dan otot jantung dengan melakukan Cardio Pulmonary resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP)
1.        Umum
a.         Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
b.         Penentuan denyut nadi
pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis (lengan bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping dari jakun.
2.        Henti jantung
Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin masih akan berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan berhenti nafas. Pada perabaan nadi tidak ditemukan a.karotis yang berdenyut.
Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luar yang merupakan bagian dari resusitasi jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya menghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigen tambahan mutlak diperlukan.

Tehnik:
·           Terlentangkan korban di tempat datar dan keras dengan penolong berlutut disamping dada korban.
·           Letakkan tumit telapak tangan di ½ bagian bawah tulang dada (sternum) ditengah-tengah dada diantara 2 puting susu, kemudian letakkan telapak tangan yang lain diatasnya
·           Posisi lengan lurus (vertikal)
·           Lakukan tekanan ke dada sedalam 4-5 cm
·           Lepas tekanan hingga dada mengembang maksimal dengan tidak kehilangan kontak dengan dada,
·           Frekwensi tekanan dada adalah 100 kali dalam 1 menit
·           Lakukan bergantian dengan nafas buatan dengan kombinasi:
Ø  30 kali penekanan dada dilanjutkan dengan
Ø  2 kali nafas buatan
Irama/Ritme penekanan:
Sebaiknya penolong menghitung dengan cara:
·           One and Two and Three …
·           Sa-tu, Du-a, Ti-ga, Em-pat, Li-ma, .. dst”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar